Selasa, 22 November 2011

Batik yang Mulai Terlupakan di Era Modern ini


(oleh : Rionaldi Aristyo)

Topik  : Identitas Nasional 

            Sebelum batik diresmikan oleh UNESCO sebagai warisan dunia milik Bangsa indonesia sangat jarang saya melihat masyarakat kita memakai batik dalam kesehariannya. Mereka hanya memakainya untuk menghadiri acara-acara formal seperti perayaan hari-hari nasional, ceremony, atau pada saat perayaan pesta pernikahan. Bahkan beberapa dari mereka enggan memakai batik walaupun harus menghadiri acara-acara tersebut. Pada waktu masih duduk di bangku SMA, sekolah saya yang berada di Yogyakarta menganjurkan para siswa dan siswinya untuk memakai batik pada hari Jumat. Tetapi pada praktiknya sebagian besar dari mereka tidak berpakaian batik pada hari yang telah ditentukan. Saat saya bertanya alasan mengapa mereka enggan memakai batik pada hari Jumat karena menurut mereka batik itu kuno, tua, dan tidak keren. Jawaban mereka mungkin telah merefleksikan alasan dari sebagian besar kaum pemuda dan rakyat negeri ini yang enggan memakai batik. Padahal, batik merupakan salah satu identitas nasional dari Bangsa Indonesia yang harus tetap dijaga dan dilestarikan.

            Indonesia memiliki beberapa sentra batik yang cukup terkenal. Diantaranya adalah Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan Bali (batikmarkets.com). Setiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri baik dari segi kain, motif, tekstur, warna, maupun cara pembuatannya. Seperti pada batik yogya dengan perpaduan warnanya, dan batik pekalongan dengan corak membulatnya. Hal ini semakin menambah keanekaragaman kebudayaan nasional sebagai identitas nasional karena pada setiap masing-masing kebudayaan masih terdapat sub-kebudayaan yang juga tidak kalah banyak macamnya. Walaupun diguncang oleh berbagai masalah seperti dana, tenaga kerja ataupun gejolak harga yang tidak menentu mereka masih mencoba untuk tetap bertahan agar produksinya bisa berjalan. Bantuan dari pemerintah juga sangat diperlukan oleh para pengrajin batik kita karena dengan adanya uluran tangan tersebut mereka bisa mengembangkan bisnisnya sehingga produksi batik nasional bisa semakin berkembang sekaligus sebagai salah satu upaya untuk melestarikan batik kita.

Beberapa saat lalu lagi-lagi sempat terjadi ketegangan antara negara kita dan Malaysia karena mereka mengklaim bahwa batik merupakan kebudayaan milik mereka. Berbagai media massa baik cetak maupun elektronik ramai memberitakan hal ini. Selain itu, di dunia maya lewat beberapa forum terbuka kedua negara saling melemparkan ejekan dan cacian yang terus sahut-menyahut tanpa ada hentinya. Bangsa Indonesia seakan-akan seperti kebakaran jenggot saat kebudayaan mereka diklaim oleh negara lain. Padahal dalam kehidupan sehari-hari mungkin tidak terlintas sekalipun di pikiran mereka untuk menjaga batik untuk tetap ada walaupun dengan cara yang paling sederhana yaitu memakainya saat beraktivitas. Batik seolah-olah dianggap sebagai sebuah kebudayaan kuno yang tidak sesuai dengan berkembangan zaman walaupun mempunyai nilai-nilai identitas nasional yang sangat tinggi. Mungkin hal inilah yang mendasari mereka untuk mengklaim batik sebagai kebudayaan mereka karena mereka beranggapan bahwa bangsa Indonesia sudah tidak peduli lagi dengan batik sehingga lebih baik mereka jadikan sebagai kebudayaan asli mereka karena bisa mendatangkan keuntungan dari segi perekonomian, pariwisata, maupun dari segi pencitraan yang bisa memperbaiki citra Malaysia di dunia. Tentu saja saya sangat tidak setuju dengan pendapat ini.
            Saat ini di kawasan regional Asia Tenggara telah diberlakukan AFTA (Asian free Trade area) (top10headline.com) yang memperbolehkan masuknya produk-produk dari luar terutama Cina untuk masuk ke Indonesia. Hal inilah yang telah menyebabkan membanjirnya produk-produk dari Cina di pasar perdagangan Indonesia. Berbagai aspek barang-barang kebutuhan hidup kini telah dipenuhi oleh produk dari Cina seperti pakaian, elektronik, kendaraan bermotor, peralatan masak, peralatan rumah tangga, alat tulis dan mainan anak-anak. Bahkan mereka juga memproduksi batik untuk diekspor ke negara kita. Tentu saja kondisi ini secara tidak langsung telah mempengaruhi omset dari para pengrajin batik lokal kita karena produk-produk mereka menjadi tidak laku di pasaran. Produk dari Cina mempunyai kelebihan dari segi harga dan variasi warna yang beraneka ragam. Hal ini bisa terjadi karena batik dari Cina diproduksi dengan menggunakan teknologi cap yang menggunakan mesin berteknologi modern. Dengan memakai cara ini mereka bisa mengurangi waktu dan biaya produksi yang harus dikeluarkan sehingga berimbas pada harga jual yang lebih murah. Sedangkan pengrajin kita masih memakai teknologi yang masih sangat sederhana yaitu dengan memakai canting dan sebagian besar masih memanfaatkan alam dalam proses produksinya yang tentu saja menghabiskan waktu, tenaga, dan sumber daya yang lebih besar. Sebenarnya dari segi kualitas batik lokal tidak kalah apabila dibandingkan dengan batik yang diimpor dari Cina. Batik kita mempunyai nilai-nilai keotentikan dan kerapian dalam hasil produksinya. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan produksi batik dalam negeri yaitu dengan cara pemberlakuan pembatasan/kuota pada batik yang diimpor sehingga bisa membatasi jumlah batik Cina yang beredar, melakukan pemberian modal kepada pengrajin batik agar mereka dapat meningkatkan jumlah produksinya dan melakukan promosi yang gencar ke negara-negara luar agar mereka semakin mengenal batik.
            Batik sebenarnya telah cukup dikenal di dunia internasional karena beberapa tahun belakangan ini pemerintah Indonesia gencar melakukan promosi tentang kebudayaan dan pariwisata indonesia di beberapa belahan dunia seperti Amerika, Prancis, Inggris, dan lain-lain. Hal ini juga dibantu oleh para mahasiswa dari indonesia yang sedang melakukan studi di sana. Mereka senantiasa memakai batik pada keseharian mereka untuk menunjukan identitas nasional bangsanya. Bahkan setelah diselidiki tidak hanya orang Indonesia saja yang suka memakai batik, tetapi mantan presiden Republik Afrika Selatan, yaitu Nelson Mandela juga sangat gemar memakai batik. Pada setiap kesempatan seperti saat melakukan rapat ataupun sebuah kunjungan ke negara lain beliau senantiasa memakai natik. Usut punya usut ternyata awalnya beliau mengenal batik dari Presiden Soekarno. Saat beliau melakukan kunjungan ke jakarta, bapak presiden memberikan tanda mata sebuah batik kepada Nelson Mandela. Sejak saat itulah beliau menjadi gemar memakai batik.
            Sebenarnya ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk melestarikan batik yang sudah mulai terlupakan saat ini. Dimulai dari yang paling sederhana yaitu dengan memakai batik dalam menjalani aktivitas kita sehari-hari. Mulailah untuk menghilangkan pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa batik itu kuno atau tidak modern karena menurut saya sebuah identitas tidak akan bisa berubah ataupun usang karena dimakan oleh zaman yang terus berganti. Tentu saja karena sebuah identitas yang sudah melekat pada nilai-nilai bangsa ini tidak akan bisa kita ganti dengan kebudayaan-kebudayaan lain seperti budaya barat ataupun negara-negara lain yang masuk ke indonesia tanpa adanya proses filtrasi kebudayaan terlebih dahulu. Kita harus senantiasa berhati-hati karena hal ini bisa merusak moral bangsa. Bagi pemerintah, mereka bisa mulai membuat berbagai macam kebijakan yang menguntungkan para pengrajin batik dan selalu membantu para pengrajin dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam hal produksi maupun pemasaran. Selain itu, pemerintah juga dapat menanamkan kebanggan memakai batik dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka bisa lebih mencintai batik.
            Kini batik telah diresmikan oleh UNESCO sebagai selah satu warisan kebudayaan milik bangsa Indonesia. Kita patut bersyukur dengan hal ini, tetapi kita harus selalu senantiasa menjaga dan melestarikan batik sebagai salah satu identitas kita karena apabila tidak, bersiap-siaplah untuk kehilangan batik karena negara tetangga sudah mengintai untuk merenggut batik dari kita.
Referensi:        - Top10headline.com (2010). Tantangan dan Ancaman AFTA Bagi Perekonomian Indonesia Available from : http://top10headline.com/component/content/article/1-isu-pekan-ini/152-afta-ancaman-dan-tantangan-bagi-perekonomian-indonesia     
-          Batikmarkets.com (2011) Sejarah Batik Indonesia. Available from : http://www.batikmarkets.com/batik.php      
-          Modul Citizenship BSM





Tidak ada komentar:

Posting Komentar